Langsung ke konten utama

Postingan

Peparikan dalam Puisi Jawa dan Bali

Peparikan dalam Puisi Jawa dan Bali Sebuah Studi Komparatif     Puji Retno Hardiningtyas   Balai Bahasa Denpasar   ABSTRAK   Hakikat sastra klasik adalah manfaat yang diberikan kepada pembaca sehingga karya sastra dianggap adiluhung apabila mempunyai manfaat kepada pembaca. Keterkaitan peparikan de-ngan situasi dan kondisi sosial masyarakat Jawa dan Bali adalah masyarakat yang menggunakan peparikan sebagai bagian dari kultur, dengan segala perubahannya. Namun, dari sejarah peparikan Jawa dan Bali dimulai pada ke-9, terbentuk proses “jawanisasi” yang sistematis. Semenjak ekspedisi Majapahit melawan Bali tahun 1343 mengakibatkan kekalahan raja Bali sehingga kerajaannya tunduk kepada Majapahit. Terbaurnya kedua aliran “Hindu-Jawa” dan “Hindu-Bali” memengaruhi lahirnya sastra Jawa Kuna. Pertengahan abad ke-14 Bali masuk ke dalam lingkup pengaruh Hindu-Jawa, seperti kebudayaan dan religi. Pusat kebudayaan dan keagamaan itu bahasa Jawa hampir pasti dituturkan dan dituli
Postingan terbaru

Catatan Awal April: Ada Wangimu

untuk C. Ruddyanto Bukan salahmu Berulangkali berbisik: “Aku, kala, malam, meronta melihat dunia”. Katamu: “Di mana kutemukan ketentraman negeriku?” Bukan salahmu Barangkali telah datang pertanda Sebagian dinding-dinding tua Tercecer tinta mutiara beludru itu. Selayaknya, Aku mohon hentikan kutuk-Mu. Tiba-tiba Sang Khalik datang: Manusia ada menuntun sang pribadi. Sang Kahar mendekretkan: Manusia dipindahkan dari alam semesta ke alam insan. Lalu sesaat teringat Ada wangimu di pertempuran rahim dunia Jadi, haruskah aku lupa? Ada wangimu tertinggal Hidup adalah pemburu belantara Pergi, masuklah di pelataran-Ku. Ada wangimu tertinggal di awal April Engkau masih juga diam Begitu bertanya, mengapa? Akan kusingkapkan rahasia padamu Dialah seorang, lahir dari semesta Sang pribadi tak berwujud kini Gambar wajahmu adalah doa untuk keselamatan Aku cemburu terpilin batu kahrab di zamannya. Ketika kau keras hati Mengenal bangsa dan negeri sendiri yang abstrak Bangsa Negeri Itu

Kakawin Nāgara K.rtagama sebagai Model Penulisan Sastra Sejarah Masa Keemasan Majapahit

Puji Retno Hardiningtyas Abstrak Kakawin Dēśa Warņnana athawi Nāgara K.rtagama: Masa Keemasan Majapahit merupakan karya sastra sejarah gubahan Mpu Prapanca, pujangga besar di masa kejayaan Kerajaan Majapahit sekitar 700 tahun yang lalu. Kakawin Nāgara K.rtagama hancur bersama runtuhnya Kerajaan Majapahit pada abad ke-15. Namun, kemungkinan ada yang sempat menyelamatkan ke Bali, disalin di Desa Kamalasana dan salinannya disimpan di Gria Pidada, Karangasem, Bali. Selain itu, salinan satunya ada di Puri Cakra Nagara, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Saat pasukan Belanda menyerbu Lombok tahun 1894 ditemukanlah naskah tersebut dan diberi catatan oleh C.C. Berg menjadi Nāgara K.rtagama. Sesuai dengan etimologi istilahnya, aturan-aturan pembaitan atau metrum kakawin merupakan adaptasi metrum kawya (puisi India). Para kawi ‘penyair’ (Jawa kuno) memiliki sanggit ‘kreativitas’ untuk mengembangkan kakawin sebagai tradisi. Aturan metrum tersebut berupa 1) jumlah suku kata tiap baris yang cenderung sam

Novel Roro Mendut, Centhini, dan Madam Kalinyamat: Kelokalan Jawa dalam Narasi Sejarah Versi Kaum Minoritas

Puji Retno Hardiningtyas Abstrak Dalam sejarah pemikiran dan polemik kebudayaan yang panjang di masa lalu, ternyata telah begitu jauh bersinggungan dengan sisi sensitif nasionalisme dan kejatidirian kebudayaan nasional, khususnya kebudayaan Jawa.Salah satunya terwujud pada sastra yang memperlihatkan bentuk struktural dari situasi historis, yaitu novel Roro Mendut karya Y.B. Mangunwijaya, Centhini karya Sunardian Wirodono, dan Madam Kalinyamat karya Zhaenal Fanani. Dalam konteks itu, ketiga novel tersebut merupakan novel sejarah yang bersumber dari Babad Tanah Jawi (Roro Mendut), Babad Tanah Jawi dan Babad Demak (Madam Kalinyamat), dan Serat Centhini (Centhini).Konklusi harapan besar dari komitmen sejarah membuka pemahaman bagi pembaca awam sebab budayanya dapat mempertahankan kelestarian ‘seperangkat mitologi’ penuh daya pengaruh yang dapat menyusup ke dalam liku masyarakat Jawa. Unsur-unsur sejarah ditunjukkan dengan memunculkan tokoh-tokoh—yang berdasar sumber lain diakui sebagai pel

ESTETIKA RESEPSI PUISI NYONGKOK DI BUCU KARYA I NYOMAN MANDA

Abstraks Objek penelitian ini adalah berkenaan dengan sarana estetik karya sastra yang dinilai mampu memberi gugahan emosional sehingga bisa menghasilkan efek katarsis pada pembaca. Apakah pikiran-pikiran yang dikemukakan pengarang (penyair) itu berharga atau tidak, pembaca tetap tidak tahu. Apakah puisi-puisi yang dipaparkan itu mencapai nilai sastra, pembaca tidak tahu mencoba memahami sekadarnya. Akan tetapi, membaca sebauah puisi adalah sebuah proses kreatif—bahwa pembacalah yang memberi makna, sudah tentu dalam rangka kemungkinan interpretasi yang diberikan oleh kata-kata karya sastra itu sediri. Contoh analisis yang memperlihatkan sistem konvensi bahasa, budaya atau sastra dapat memengaruhi interpretasi pembaca terhadap puisi Nyongkok di Bucu karya I Nyoman Manda menarik untuk dikaji. Konvensi yang sangat penting dalam puisi modern, terungkap pada puisi “Nyongkok di Bucu”, tetapi pembaca merasa kesulitan untuk memaknainya. Dalam penafsiran itu sebenarnya ada pertentangan yang leb